Selasa, 17 Juni 2025

Wiwit Kopi Kampung Adat Segunung : Tradisi Syukur, Pelestarian Budaya dan Promosi Wisata Wonosalam

JOMBANG, KABARINDONESIA.Co. Id - Suasana terik matahari dan udara sejuk segar menyeliputi Kampung Adat Segunung, yang terletak di Desa Carangwulung Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang, Jawa Timur, di mana masyakat setempat kembali menggelar tradisi tahunan Wiwit Kopi, Sabtu (14/6/2025). Bertempat di Balai Ageng Giri Kedaton, acara ini menjadi simbol rasa syukur masyarakat atas hasil panen kopi sekaligus menjadi upaya melestarikan warisan budaya leluhur yang telah berlangsung secara turun-temurun. Acara tersebut turut dihadiri Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang, Miftahul Ulum ST MSi, beserta rombongan, jajaran perangkat Desa Carangwulung serta tamu wisatawan dari berbagai daerah seperti Sidoarjo, Jakarta, Malang hingga Sorong, Papua. Kepala DLH Jombang Miftahul Ulum tampak hadir di tengah masyarakat saat prosesi doa bersama di lokasi kebun kopi. Prosesi Wiwit Kopi diawali dengan doa bersama yang dipimpin para tokoh adat di tengah kebun kopi. 

Usai doa, warga memetik biji kopi merah pertama sebagai tanda dimulainya musim panen. Biji kopi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tomblok (wadah anyaman bambu) dan diarak secara adat menuju Pendopo Agung Giri Kedaton di Dusun Carangwulung. Setibanya di pendopo, prosesi dilanjutkan dengan sedekah bumi berupa persembahan hasil bumi warga sebagai wujud syukur sekaligus doa bersama agar panen tahun ini membawa berkah dan keberkahan. Rangkaian acara juga dimeriahkan dengan pertunjukkan seni tradisional seperti jaran kepang, tari remo dan arakan tumpeng, menghadirkan suasana sakral sekaligus meriah. Ketua Kampung Adat Segunung, Supi’i, menjelaskan, tradisi ini merupakan ekspresi spiritual dan sosial masyarakat. 

“Wiwit Kopi adalah bentuk rasa syukur kami kepada ALLAH SWT atas berkah panen. Sekaligus menjadi sarana mempererat persaudaraan antarwarga dan melestarikan budaya leluhur agar tidak punah,” ungkapnya. 

Supi’i juga menambahkan, Dusun Segunung memiliki  60  - 70 hektare lahan kopi dengan produksi tahunan mencapai 50 - 60 ton. “Jenis kopi yang dominan adalah Robusta, meskipun ada juga varian Excelsa dan Arabika. Produk kami dipasarkan melalui berbagai jalur, mulai dari tengkulak, kerja sama dengan pabrik kopi, kafe hingga home industry lokal yang berkembang di wilayah Wonosalam,” jelasnya. 

Tokoh masyarakat Wonosalam, Hadi Suyatno, turut memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan tradisi ini. “Wiwit Kopi tidak hanya sebagai wujud rasa syukur, tetapi juga menjadi ajang promosi budaya dan pariwisata. Kegiatan ini menarik minat wisatawan dan media, serta menjadi contoh nyata bagaimana tradisi lokal bisa mendukung ekonomi daerah melalui wisata berbasis budaya,” tuturnya. 

Selain ritual adat, acara ini juga diramaikan dengan pertunjukan karawitan bocah Segunung, campursari, serta lomba tradisional seperti goreng kopi dan nasi ampok, yang mengundang antusiasme warga dan wisatawan. Dengan demikian, Wiwit Kopi di Kampung Adat Segunung bukan sekadar ritual tahunan, melainkan cerminan kearifan lokal yang menyatukan nilai spiritual, budaya, ekonomi dan pariwisata. Sebuah warisan yang layak dijaga dan dijadikan inspirasi daerah lain di Indonesia. (agus pamuji) 


foto           : istimewa for kabarjatim

teks foto : Sebagai rasa syukur kepada ALLAH SWT masyarakat Dusun Segunung gelar wiwit kopi yang melimpah dengan pesta adat, arak-arakan, kesenian kuda lumping dan berebut gunungan buah-buahan 

Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEWS UPDATE

SPACE AVAILABLE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM